Address
Phone
Email

H. Suratto Siswodihardjo Hadiri Grand Opening LPK Terakoya Tokyo Japanes School di Nagrak


BOGOR – Drs H. Suratto Siswodihardjo, pendiri dan Ketua Yayasan Bhakti Suratto, menghadiri grand opening Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Terakoya Tokyo Japanese School, Senin (29/7) siang.

Terakoya Tokyo Japanese School berada di Jl. Letda Natsir Jl Nagrak, Cikeas Udik, Kec. Gunung Putri, Kab. Bogor, dan merupakan kerjasama antara Indonesia Research Institute Japan (IRIJ) dan Yayasan Bhakti Suratto.

H. Suratto Siswodihardjo memberikan sambutan.

 

Hadir dalam grand opening ini Direktur Terakoya Tokyo Albertus Prasetyo Heru Nugroho, Kepala Sekolah Kehormatan Terakoya Tokyo Umezawa Kazuhiro, Sekjen dan Direktur Pelaksana Yayasan Bhakti Suratto Turino Yulianto dan Dodi Mawardi.

Dalam sambutannya Suratto menyambut gembira atas berdirinya Terakoya Tokyo Japanese School di Nagrak, terlebih grand opening ini bersamaan hari kelahiran Angkatan Udara Republik Indonesia.

“Terakoya Tokyo usaha yang mulia karena membuka peluang lapangan pekerjaan. Saat ini banyak pengangguran. Bila perlu Terakoya Tokyo tidak hanya di sini (Nagrak, red), tapi di beberapa tempat di Bogor,” kata Suratto.

H. Suratto Siswodihardjo usai pemotongan tumpeng dengan diapit Albertus Prasetyo Heru Nugroho (tiga dari kiri) dan Umezawa Kazuhiro (lima dari kiri). Ikut mendampingi H. Suratto, Dodi Mawardi (dua dari kiri) dan Turino Yulianto (paling kanan).

 

Dikatakan Suratto, dalam waktu dekat di Indonesia direncanakan terdapat 200 LPK sejenis Terakoya Tokyo dibangun oleh IRIJ. Suratto berharap di Bogor ada lima atau sepuluh LPK Terakoya Tokyo.

“Di Kecamatan Gunung Putri sini minimal lima. Tapi kalau bisa tahun ini tiga, atau minimal dua dulu menjadi percontohan,” kata Suratto yang pensiunan TNI AU ini.

Sementara itu Albertus Prasetyo Heru Nugroho dalam sambutannya berharap lulusan Terakoya Tokyo, khususnya di Nagrak, yang kelak menjadi lulusan pertama, bisa menjadi duta bangsa Indonesia di Jepang dan menjadi agen perubahan.

“Saya berharap mereka setelah lulus dari sekolah ini dan memenuhi permintaan tenaga kerja di Jepang tidak malu-maluin dan bisa menjadi duta Indonesia supaya kita bisa mencapai Indonesia Emas di tahun 2014 serta menjadi agen perubahan,” kata Albertus.

Umezawa Kazuhiro, dalam sambutannya mengatakan bahwa saat ini populasi anak-anak muda di Jepang turun, karena itu membutuhkan tenaga positif dari Indonesia.

“Meski Bahasa Jepang susah dipelajari namun saya berharap semua stakeholder yang terlibat dalam Terakoya ini bisa menjadi jembatan penghubung yang kokoh antardua negara, Indonesia dan Jepang, dan memberi kontribusi terhadap kepentingan kedua negara,” kata Umezawa.

Salah seorang siswa Terakoya Tokyo, Sakhar Prana Akbar, mengaku senang bisa menjadi siswa pertama Terakoya Tokyo Japanes School di Nagrak. “Saya berharap bisa berangkat tepat waktu dan menjadi siswa teladan,” kata sarjana jurusan Manajemen Universitas Gunadarma kelahiran Depok ini.(bud)